Mounev

Mar, 29 2022 . 11 min read

Dapatkah UMKM di Indonesia Bertahan di Era Digital?

Jumlah Produk Domestik Bruto atau PDB UMKM di Indonesia meningkat lebih dari 2 kali lipat selama tahun 2010 sampai 2017. Per akhir tahun 2021, telah terdapat 62,9 juta unit UMKM yang tersebar di berbagai sector. Sekitar 99% usaha yang terdapat di Indonesia merupakan UMKM. Ditambah pula, per 2018, UMKM menyumbang 58,18% dari total investasi di Indonesia. Semua angka yang disebutkan di atas menunjukkan perkembangan signifikan UMKM di Indonesia.

UMKM memiliki siklus transaksi yang cepat dengan produk hasilnya yang cenderung merupakan kebutuhan primer masyarakat, maka UMKM seringkali menjadi jaring pengaman sekaligus penggerak perekonomian. Seiring dengan bertambahnya jumlah UMKM, tidak heran jika UMKM merupakan penopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Fakta bahwa UMKM menjadi pengaman di masa krisis ekonomi pada tahun 1998 dan 2008 menjadi bukti nyata bahwa UMKM merupakan usaha yang produktif untuk mendukung perekonomian secara makro dan mikro di Indonesia. Selama masa krisis ekonomi pun jumlah UMKM justru meningkat dan bertambah, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Karena, mayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu bergantung pada modal besar atau pinjaman dalam mata uang asing. Sehingga, ketika terjadi fluktuasi nilai tukar, justru perusahaan yang berurusan dengan mata uang asing yang terkena dampaknya.

Sayangnya, selama masa pandemi Covid-19 saat ini, UMKM menjadi salah satu jenis usaha yang paling terkena dampak. Hal ini diakibatkan oleh permasalahan tenaga kerja akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kesulitan bahan baku, hambatan distribusi produk, dan juga banyaknya konsumen yang beralih ke pedagang dengan metode berjualan secara online.

Meskipun perkembangan UMKM terus mengalami peningkatan, sejumlah pebisnis gulung tikar karena kurangnya perencanaan dan proyeksi yang jelas sehingga kurang diintip oleh investor. Padahal, UMKM tersebut memiliki kesempatan untuk berkembang namun karena keterbatasan modal terpaksa harus berhenti.

Selain itu, peran investor dalam bisnis ternyata cukup penting. Dalam masa pandemi, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi UMKM dalam beradaptasi, yaitu perkembangan teknologi yang begitu pesat. Teknologi dapat membatu pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis mereka agar dapat bersaing dan unggul. Digitalisasi atau peralihan dari jual beli manual ke digital mau tidak mau harus dilakukan agar para pelaku UMKM dapat beradaptasi. Fakta bahwa baru 13% UMKM yang terhubung dengan pasar digital ini salah satunya disebabkan oleh literasi digital yang masih rendah. Dengan suntikan dana dari investor, suatu UMKM dapat menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk melakukan digitalisasi. Mulai dari alat, sarana dan prasarana, hingga pengayaan mengenai cara pemasaran digital yang tepat agar produk yang dijual dapat meraih konsumen yang tepat. UMKM juga dapat mengembangkan bisnis melalui platform penjualan online. Dengan berjualan secara online, para pelaku usaha UMKM dapat menjangkau pelanggan dengan lebih mudah dari seluruh penjuru Indonesia.

Melihat kondisi ini, Mounev Academy yang bekerjasama dengan IPMI Executive Student Board berharap dapat memfasilitasi pelatihan bagi para calon pebisnis muda. Diadakannya webinar yang berjudul, “Start Up: Magnetize Investor by Escalating Competitive Advantage” ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan tips and trick kepada Generasi Z dan Millenial yang akan merancang bisnis. Webinar ini akan membahas tentang cara merancang bisnis yang baik, mengenal competitive advantage yang harus dimiliki dan cara meningkatkannya, mengenalkan kepada jenis-jenis investasi, dan juga kiat-kiat yang perlu dilakukan untuk menarik perhatian investor, agar Anda yang ingin merintis UMKM dapat mengikuti perkembangan zaman.

Related